Sering
kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai
oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati
perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan.
Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan
yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.
Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan.
Pertentangan
sosial dapat diartikan sebagai suatu konflik yang terjadi
pada masyarakat sehingga kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok
etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan
minoritas. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping
adanya persamaan kepentingan.
Perbedaan
Kepentingan,Prasangka,Diskriminasi, dan Ethosentris.
1.1 Perbedaan Kepentingan.
Kepentingan merupakan
dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena
adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Dengan berpegang prinsip bahwa
tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya,
maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada
hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu
mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek
pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan
individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa
:
·
kepentingan individu untuk memperoleh
kasih sayang.
·
kepentingan individu untuk memperoleh
harga diri.
·
kepentingan individu untuk memperoleh
penghargaan yang sama.
·
kepentingan individu untuk memperoleh
prestasi dan posisi.
·
kepentingan individu untuk dibutuhkan
orang lain.
·
kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan
di dalam kelompoknya.
·
kepentingan individu untuk memperoleh
rasa aman dan perlindungan diri.
·
kepentingan individu untuk memperoleh
kemerdekaan diri.
1.2 Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
dan
diskriminasi
merupakan dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat
merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Dari
peristiwa kecil yang menyangkut dua orang dapat meluas dan menjalar, melibatkan
sepuluh orang, golongan atau wilayah disertai yindakan kekerasan dan destruktif
yang merugikan. Prasangka mempunyai dasar pribadi, di mana setiap orang
memilikinya, sejak masih kecil unsur sikap bermusuhan sudah tampak. Melalui
proses belajar dan semakin besarnya manusia, membuat sikap cenderung untuk
membeda-bedakan. Perbedaan yang secara sosial silaksanakan antar lembaga atau
kelompok dapat menimbulkan prasangka melalui hubungan pribadi akan menjalar,
bahkan melembaga (turun menurun) sehingga tidak heran apabila prasangka ada
pada mereka yang tergolong cendekiawan, sarjana, pemimpin atau negarawan. Jadi
prasangka pada dasarnya pribadi dan dimiliki bersama. Oleh karena itu perlu
mendapatkan perhatian dengan seksama, mengingat bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa atau masyarakat multi etnik.
Suatu
hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka rasial
biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkainya. Tetapi
dapat pula yang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka, dan
sebaliknya seorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Perbedaan terpokok antara prasangla dan diskriminatif ialah bahwa prasangka
menunjuk pada aspek sikap sedangkan diskriminatif menunjuk pada tindakan.
Menurut Morgan (1966) sikap ialah kecenderungan untuk berespons baik secara
positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi. Sikap seseorang baru
diketahui bila ia sudah bertindak atau bertingkah laku. Oleh karena itu bisa
saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan.
Jadi,prasangka
merupakan kecenderungan yang tidak tampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul
tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan
tindakan yang realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya
diketahui oleh individu masing-masing.
1.3 Ethosentris.
Etnosentris
( dalam bhs Indonesia ) adalah kecenderungan sikap Individu yang merasa cara
hidup/ budaya mereka lebih superior dan beradab dari yang lainnya.
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak
dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya
sendiri.
Ethnosentrisme
dan Stereotype Perasaan dalam dan luar kelompok
merupakan dasar untuk suatu sikap yang disebut dengan ethnosentrisme. Anggota
dalam lingkungan suatu kelompok , punyai kecenderungan untuk menganggap segala
yang termasuk dalam kebudayaan kelompok sendiri sebagai utama, baik riil,
logis, sesuai dengan kodrat alam, dan sebagainya, dan segala yang berbeda dan
tidak masuk ke dalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak susila,
bertentangan dengan kehendak alam dan sebagainya. Jecenderungan-jecenderungan
tersebut disebut dengan enthosentrisme, yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur
kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri.
Pertentangan Sosial, Ketegangan
/ Konflik dalam masyarakat
Istilah konflik
cenderung menimbulkan respon-respon yang bernada ketakutan atau kebencian,
padahal konflik itu sendiri merupakan suatu unsur yang penting dalam
pengembangan dan perubahan. Konflik dapat memberikan akibat yang merusak
terhadap diri seseorang, terhadap anggota-anggota kelompok lainnya, maupun
terhadap masyarakat. Sebaliknya konflik juga dapat membangun kekuatan yang
konstruktif dalam hubungan kelompok. Jonflik merupakan suatu sifat dan komponen
yang penting dari proses kelompok, yang terjadi melalui cara-cara yang
digunakan orang untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.
Konflik mengandung suatu pengertian tingkah laku
yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya
sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konflik berbeda-beda. Dalam
hal ini terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi
konflik yaitu :
§ terdapatnya
dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagiam yang terlibat dalam konflik
§ unit-unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan.
§ terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu, sampai pada ruang lingkup yang paling besar yaitu masyarakat :
§ Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk
kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan
dorongan-dorongan yang antagonistik dalam diri seseorang
§ Pada taraf dalam kelompok, konflik-konflik
ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi di dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai - nilai
dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota-anggota
kelompok dan minat-minat mereka
§ Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada
perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan
norma-norma kelompok lain di dalam masyarakat tempat kelompok yang bersangkutan
berada. Perbedaan dalam tujuan, niali, dan norma serta minat; disebabkan oleh
adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio ekonomis dalam suatu
kebudayaan tertentu dengan yang ada di dalam kebudayaan-kebudayaan yang lain.
Golongan
yang Berbeda dan Integrasi Nasional
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang
berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem
nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan,
politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu
Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah
besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara
masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat
hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi merupakan
kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
§ Tuntutan
penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.
§ Isu
asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga
negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa,arab).
§ Agama,
sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
§ Prasangka
yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.
Aspek-aspek
dari kemasyarakatan :
§ Suku
bangsa dan kebudayaannya.
§ Agama
§ Bahasa
§ Nasional
Indonesia.
Integrasi
Nasional
Integrasi
berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Integrasi
sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun
menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang
terjadi secara sosial budaya.Menurut pandangan para penganut fungsionalisme
struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
·
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi
di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) diantara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan
yang bersifat fundamental.
·
Masyarakat terintegrasi karena berbagai
anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial
(cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan
sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial.
Integrasi
Internasional merupakan masalah yang dialami semua
negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya.
Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena
latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan
sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan
atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi
internasional, antara lain:
·
Perbedaan ideologi
·
Kondisi masyarakat yang majemuk
·
Masalah teritorial daerah yang berjarak
cukup jauh
·
Pertumbuhan partai politik
Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan
kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
·
Mempertebal keyakinan seluruh warga
Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional
·
Membuka isolasi antar berbagai kelompok
etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan
transformasi.
·
Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi
kebudayaan nasional.
·
Membentuk jaringan asimilasi bagi
kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar